Kelayakan Ekonomis Kilang Pengolahan Gas Bumi Dengan Gas Umpan

Gas alam merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia. Gas alam menjadi alternatif baru sebagai penghasil sumber energi karena sudah mulai terbatasnya minyak bumi. Keterbatasan tersedianya infrastruktur dalam hal ini adalah kilangpengolahan gas alam itu sendiri, jaringan pipa yang digunakan untuk distribusi gas, dan juga teknologi yang diterapkan belum dilakukan secara optimal, sehingga pemanfaatan gas alam masih jauh di bawah pemanfaatan bahan bakar minyak yang menjadi sumber energi minyak bumi yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Prediksi kebutuhan bahan bakar semakin lama semakin meningkat. Pada bagian analisis pasar di prediksi peningkatan kebutuhan bahan bakar gas di Jawa Barat mencapai shortage 400-820 MMSCFD hingga tahun 2015. Berdasarkan ketersediaan gas di Lapangan Gas Suban yang mencapai 8.4 tcfg maka kilang ini akan di rancang dengan kapasitas 600 MMSCFD terdiri dari 2 train unit pengolahan dan diperkirakan akan berproduksi selama 40 tahun.

Untuk dasar perhitungan dalam perancangan kilang ini, akan dibantu dengan simulasi menggunakan software HYSYS 3.1. Gas jual dan kondensat dihasilkan melalui proses awal dan proses utama. Proses awal adalah proses pendinginan dan pemisahan bertujuan untuk mendinginkan gas umpan dan memisahkan fraksi berat secara fisik berdasarkan efek tumbukan dan perbedaan berat jenis. Selanjutnya akan dilanjutkan pada proses utama penghilangan pengotor yang terkandung di dalam gas.

Proses sweetening dan refrigerasi merupakan proses utama yang akan memisahkan gas alam menjadi produk gas jual dan kondensat. Pada proses sweetening akan menggunakan absorbsi larutan amin untuk menyerap kandungan H2S dan CO2 dalam gas dan absorbsi larutan glikol untuk menyerap kandungan air dalam gas. Sedangkan pada proses refrigerasi berfungsi untuk mendinginkan gas sampai titik embun sehingga fraksi berat akan terkondensasi, komponen pendingin pada refrigerasi menggunakan propana. Produk gas jual dan kondensat direncanakan akan didistribusikan menggunakan jalur perpipaan sebagai media transportasi.

Hasil neraca massa dan energi berdasarkan running HYSYS didapatkan efisiensi proses sebesar 97,43 % dan 97,246 %, dimana semua data ini menunjukkan bahwa proses yang berlangsung didalamnya sudah berjalan baik dan mempunyai efisensi proses yang besar. Selain itu didapatkan juga desain alat dengan semua dimensi atau ukuran berdasarkan hasil sizing yang didapatkan pada hasil running HYSYS. Semua data tersebutkan didapat berdasarkan jenis proses, kegunaan serta nilai parameter yang digunakan untuk dapat menghasilkan produk sesuai dengan standar.

Selain aspek teknis diatas, untuk penentuan kelayakan suatu kilang maka perlu ditinjau dari segi ekonomi. Parameter tinjauan kelayakan tersebut didasarkan pada 3 hal yaitu Net Present Value (NPV) lebih besar dari 0, Internal Rate Return lebih besar dari tingkat suku bunga yaitu 11 dan Payback Period kurang dari 8 tahun. Pada tinjauan ini didapatkan data NPV = $76.185.320,   IRR = 12,42 % dan PBP = 7 tahun. Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kilang pengolahan gas alam ini layak untuk dibangun.

Latar Belakang

Gas alam merupakan bahan bakar yang penting. Pada saat ini, banyak negara maju menggunakan gas alam sebagai sumber energi utama bagi pembangkit tenaga listrik, misalnya Jepang dan Amerika Serikat. Selain itu, pentingnya gas alam lebih jelas lagi karena zat itu merupakan tenaga penggerak berbagai mesin putar, mesin bakar serta mesin-mesin lain sebagai penggerak dalam industri.

Gas alam mempunyai keunggulan dibandingkan sumber energi lainnya, baik dari segi teknik maupun dari segi ekonomi. Beberapa keunggulan yang dimiliki gas alam dibanding sumber energi lain antara lain panas hasil pembakaran tinggi, cadangan di alam besar, tidak menimbulkan dampak polusi udara yang berat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis bahan bakar.

Daerah Indonesia Barat terutama Pulau Sumatera merupakan salah satu daerah Indonesia yang kaya akan bahan tambang dan sumber energi. Kawasan tersebut diantaranya berada di sebelah timur Propinsi Sumatera Selatan yang diperkirakan mempunyai cadangan gas sebesar 5.4 tcfg yang dapat dihasilkan dari struktur gas Lapangan Suban.  Investasi  eksplorasi  dan  eksploitasi  pengolahan  gas  di bidang hulu akan merangsang pertumbuhan sektor industri, terutama industri petrokimia dan industri pendukung lainnya yang akan sangat berdampak pada kemajuan ekonomi di wilayah Indonesia Barat ini dan pengadaan infrastruktur gas di kawasan tersebut.

Kilang pengolahan gas alam di Indonesia banyak berada di pulau Sumatera, hal ini disebabkan besarnya sumber daya alam berupa gas alam maupun minyak bumi di sana.  Khususnya di daerah Sumatera Selatan dan Jambi telah berdiri kilang pengolahan gas maupun minyak bumi dengan kapasitas yang besar seperti ConocoPhillips,  MEDCO Energy, Expans, Pearl, Petrochina dan Amerada Hess. Semua perusahaan ini diharapkan dapat menjadi bagian dari pemenuhan kebutuhan akan energi yang semakin meningkat di Indonesia.

Jawa Barat merupakan salah satu wilayah dengan penduduk yang padat dan juga merupakan lokasi dengan padat industri. Seiring dengan waktu berjalan peningkatan konsumsi energi baik untuk skala rumah tangga maupun skala industri tidak dapat dihindarkan, menurut data yang dikemukakan Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tingginya kebutuhan gas di Jawa Barat menyebabkan kekurangan gas sebesar 400-820 MMSCFD hingga tahun 2015. Untuk memenuhi peningkatan konsumsi energi tersebut pemerintah telah membuat rencana untuk membangun banyak Pembangkit Listrik Tenaga Gas di pulau Jawa terutama wilayah Jawa Barat yaitu PLTGU Cilegon dengan kapasitas 720 MW dan PLT Darajat dengan kapasitas 110 MW, bahkan pembangunan infrastruktur berupa jalur pipa yang menghubungkan wilayah Jawa Barat dengan Sumatera Selatan sedang berjalan.

Suban merupakan daerah yang mempunyai potensi sangat besar sebagai daerah yang kaya akan sumber gas alam dan minyak bumi, hal ini dapat dilihat banyaknya perusahaan yang melakukan eksplorasi. Berdasarkan hal tersebut proses pembuatan desain kilang ini akan dimulai dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi energi di Indonesia terutama pulau Jawa yang nantinya akan menjadi target utama pemasaran gas tersebut dimana gas alam tersebut akan dijadikan sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas.

Lokasi Eksploitasi dan Produksi

Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA) merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Selatan dengan Sekayu sebagai ibukota propinsi. Luas wilayah Kabupaten Musi Banyuasin seluas 14.265,96  km² dengan jumlah penduduk 468.143 jiwa menurut sensus penduduk tahun 2000.

Batas-batas wilayah Kabupaten Musi Banyuasin meliputi, pada bagian utara berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi, pada bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Muara Enim, pada bagian barat berbatasan dengan kabupaten Musi Rawas dan pada bagian timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Banyuasin. Selain itu Kabupaten Musi Banyuasin mempunyai 9 buah kecamatan termasuk kecamatan Bayung Lencir.

Di Kabupaten Musi Banyuasin merupakan daerah yang kaya akan gas alam, minyak bumi maupun batu bara. Musi Banyuasin telah diketahui mempunyai 3 buah lapangan gas yang potensial untuk di eksploitasi yaitu Dayung, Sumpal dan Suban. Lapangan Suban merupakan lapangan yang mempunyai kapasitas gas sangat besar sekali serta kualitas gas yang bagus dibandingkan lapangan gas lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar tabel dibawah ini.

Data Komposisi Keluaran Sumur

Lapangan gas Suban diharapkan dapat menjadi suplai utama kebutuhan gas karena mempunyai banyak sumur dengan kapasitas reservoar yang sangat besar. Selain itu biaya produksi pengolahan gas dari Lapangan Suban relatif lebih rendah dibandingkan dengan gas alam yang berasal dari lapangan gas lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini, dimana gas dari Lapangan Suban sudah mempunyai kandungan metana lebih besar 85% dan juga mengandung sedikit pengotor seperti CO2 dan H2S. Gas dari Lapangan Suban juga banyak menghasilkan produk samping berupa kondensat dibandingkan lapangan gas lainnya, hal ini dapat dilihat kandungan C4+ dari Lapangan Gas Suban jauh lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karakterisasi Indeks Kristalinitas Vulkanisat Kompon Karet Alam Terisi Silika Tanpa Penambahan Oleamida Serta Penambahan Oleamida

Uji Fourier Transform Infrared (Ftir) Vulkanisat Kompon Karet Alam Terisi Silika Tanpa Penambahan Oleamida Serta Dengan Penambahan Oleamida